Desa wisata telah menjadi tren perjalanan yang diminati karena menawarkan pengalaman otentik dan kedekatan dengan budaya lokal. Namun, salah satu hambatan terbesar yang dihadapi wisatawan, terutama dari luar negeri, adalah kesulitan dalam mengakses informasi akurat dan melakukan pemesanan akomodasi atau paket wisata. Digitalisasi Desa Wisata muncul sebagai solusi vital untuk mengatasi masalah ini, mengubah proses pemesanan yang sebelumnya manual dan rumit menjadi efisien dan transparan. Transformasi digital ini tidak hanya mempermudah wisatawan tetapi juga meningkatkan kapasitas dan kredibilitas pengelolaan desa wisata.
Inti dari Digitalisasi Desa Wisata adalah integrasi homestay dan paket wisata lokal ke dalam platform online yang mudah diakses. Langkah ini memastikan bahwa calon wisatawan dapat melihat ketersediaan kamar secara real-time, membandingkan harga, dan melakukan pembayaran secara non-tunai. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), bekerja sama dengan 5 penyedia platform teknologi terkemuka, telah meluncurkan program pelatihan digital bagi 1.000 pengelola homestay di 50 desa wisata percontohan. Pelatihan ini, yang diadakan pada hari Selasa, 19 November 2025, mencakup manajemen inventaris online dan keamanan transaksi digital.
Dampak positif dari Digitalisasi Desa Wisata terlihat jelas pada peningkatan kunjungan dan pendapatan. Desa Wisata Nglanggeran di Yogyakarta, yang merupakan salah satu desa yang paling awal mengadopsi sistem booking online, mencatat peningkatan pendapatan dari sektor akomodasi sebesar 60% pada tahun 2025. Peningkatan ini dikarenakan homestay mereka kini terdaftar dan mudah ditemukan oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia. Selain itu, transparansi harga yang dihasilkan dari sistem digital juga membangun kepercayaan wisatawan, menghilangkan isu ‘harga tembak’ yang sering menjadi keluhan di masa lalu.
Meskipun demikian, tantangan dalam proses digitalisasi tetap ada, terutama terkait kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia. Keterbatasan jaringan internet di wilayah pelosok dan kurangnya literasi digital di kalangan generasi tua pengelola homestay masih menjadi pekerjaan rumah. Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah berjanji untuk menyelesaikan pembangunan menara BTS di 50 titik prioritas desa wisata hingga akhir kuartal II 2026, memastikan sinyal kuat untuk mendukung operasional booking online. Dengan dukungan infrastruktur dan pelatihan yang tepat, digitalisasi akan terus memajukan pariwisata berbasis komunitas ini ke tingkat yang lebih tinggi.
